Memotivasi Anak yang Keliru: Kata-kata Negatif

Oleh M Musrofi dipublikasikan pada 22 Februari, 2025

Orang tua dan guru sering keliru dalam memotivasi anak. Ini bisa berakibat muncul perasaan negatif pada diri anak. Orang tua sering mengatakan,"Kamu itu malas, seperti teman kamu itu lho rajin belajar."

Itu bentuk mempermalukan anak. Padahal rasa malu menduduki tingkatan terendah dari energi perasaan. Rasa malu (karena dipermalukan) adalah bentuk emosi paling negatif. Rasa malu merupakan salah satu perasaan yang bisa membuat orang mengambil keputusan fatal: bunuh diri. Orang bunuh diri banyak yang disebabkan oleh perasaan malu. Karena itu jangan sekali-kali mempermalukan anak, apalagi mempermalukan di muka umum!

Rasa takut, juga perasaan negatif. Rasa takut mengakibatkan anak tidak kreatif. Perasaan takut muncul, kalau anak dimarahi atau suasana yang membuat rasa takut. Misalnya beberapa hari menjelang tes atau ujian nasional, anak ditakut-takuti: "Kalau kamu tidak belajar, kamu tidak akan lulus!" Nasihat atau kata-kata motivasi ini mengakibatkan rasa takut (emosi negatif).

Kata-kata yang bisa membuat anak memiliki rasa malu, bersalah, sedih, amarah, dan perasaan negatif lainnya:

  • "Dasar anak bandel, nakal!"
  • "Pantas kamu bodoh, kamu malas belajar sih!"
  • "Lihat teman kamu itu lho rajin belajar!"
  • "Kalau kamu malas belajar, kamu masuk ke pesantren saja!"
  • "Awas kalau kamu tidak naik kelas!"
  • "Saya sudah bekerja keras untuk bayar SPP kamu, kamu malas belajar!"
  • "Kamu salah!"

Kata-kata itu tanpa disadari sungguh berakibat buruk ke anak. Kata-kata itu mengakibatkan emosi negatif pada diri anak. Betapa suasana di rumah (sikap dan ucapan orang tua) dan di kelas (sikap dan ucapan guru), jarang sekali yang menghasilkan rasa syukur, ikhlas, dan rasa sabar pada diri anak atau siswa. Padahal ketiga rasa ini memiliki energi positif yang amat dahsyat!

Misal seorang anak mendapat nilai 60 untuk matematika. Kata-kata yang biasa kita dengar dari orang tua atau guru: “Seharusnya nilai kamu tidak jelek seperti ini! Kamu sih malas belajar!” Ini keliru.

Kata-kata di atas bisa diganti dengan kata-kata yang membuat rasa syukur, rasa ikhlas, dan sabar, misalnya, ”Alhamdulillaah. Kamu telah berusaha mengerjakan semua soal dengan baik. Tentu saja, jika kamu belajar lebih baik, kamu bisa mendapat nilai yang lebih tinggi.”

Suasana (ucapan, tindakan) di rumah dan di kelas sebaiknya jangan sampai menghasilkan emosi negatif pada diri anak, yakni rasa malu (dipermalukan), rasa bersalah, sedih, takut, keinginan menggebu, amarah, bangga diri (sombong).

Suasana (ucapan, tindakan) di rumah dan di kelas sebaiknya diupayakan bisa menghasilkan emosi positif anak, yakni rasa optimis, menerima keadaan, memaafkan, rasa cinta, rasa damai, rasa bahagia, pencerahan. Apabila diringkas maka emosi positif itu bisa dibagi menjadi tiga yakni syukur, sabar, ikhlas.

Referensi

  • Tulisan di atas, diambil dari buku penulis (M Musrofi) yang berjudul "Sukses Akademik dan Sukses Bakat", Penerbit Elex Media, Gramedia Group, Jakarta, 2016.